Ibadah Minggu, 16 Mei 2021 (Pagi)
Oleh Pdt. Daud Soesilo (GBT Kristus Pelepas)
Pendidikan umum bagi seorang anak sangat penting. Namun, Alkitab mengajarkan bahwa pendidikan rohani dan karakter lebih utama. Menurut tradisi Yahudi, anak laki-laki diajar oleh ayah mereka. Namun, Timotius dilahirkan dari seorang ibu Yahudi dan ayah Yunani (Kis. 16:1). Jadi, ibu dan neneknyalah yang kemudian menjadi sosok pembina iman bagi Timotius.
Ibu Timotius, Eunike, dan neneknya, Lois, tidak hanya memenuhi keperluan jasmani, tetapi juga keperluan rohani (2Tim. 1:5). Lalu dalam hal iman, Paulus dapat dianggap sebagai “ayah rohani” dari Timotius. Di kemudian hari, Paulus malah menganggap Timotius sebagai rekan pelayanannya (disebut bersama-sama sebagai rekan penulis dalam kitab 2 Korintus, Filipi, Kolose, 1 dan 2 Tesalonika, dan Filemon).
Fakta membuktikan bahwa tidak semua orang yang memiliki pendidikan tinggi akan berhasil dalam hidup ini. Tanpa adanya fondasi iman dan karakter yang kokoh, orang yang pendidikannya tinggi pun bisa mengalami kegagalan. Ketekunan, kejujuran, dan integritas lebih berpengaruh dalam kehidupan dibanding kepintaran dan pendidika akademis. C.S. Lewis pernah berkata, “Integritas adalah melakukan hal yang benar, walau tidak ada orang yang melihat.” Inilah pentingnya melakukan pembinaan iman pada generasi penerus.
Apa yang dapat kita pelajari? Pertama, bagaimana sikap kita terhadap generasi penerus? Berikanlah pengaruh iman dan teladan hidup yang baik kepada orang lain, khusunya pada anak dan cucu kita. Kedua, bagaimana sikap kita terhadap generasi pendahulu? Bersyukurlah kepada Tuhan yang telah mengirim orang-orang yang memberi teladan dan inspirasi kepada kita. Penumpangan tangan oleh Paulus (2Tim. 1:6) merupakan pemberian mandat dari generasi pendahulu kepada generasi penerus untuk melanjutkan pembinaan iman. Amin.
REFLEKSI
Rumah dapat dianggap seperti sekolah di mana pelajaran-pelajaran kehidupan yang dasar diajarkan dan seperti gereja di mana Allah ditinggikan (Billy Graham)
PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN
- Jelaskan pengaruh perkembangan iman dan karakter yang baik dalam kesuksesan secara akademis, profesional maupun bidang kehidupan lainnya.
- Apakah pelajaran iman sudah diajarkan secara cukup di dalam kehidupan keluarga Anda? Hal-hal praktis apa yang masih bisa dilakukan dalam hal ini?
AYAT ALKITAB TERKAIT
3 Saya mengucap syukur kepada Allah yang saya layani dengan hati nurani yang murni seperti yang dilakukan oleh nenek moyang saya dahulu. Saya selalu mengucap terima kasih kepada Allah setiap kali saya ingat kepadamu dalam doa, baik siang maupun malam. 4 Saya ingat akan kesedihan hatimu. Itulah sebabnya saya ingin sekali berjumpa dengan engkau supaya saya bisa benar-benar menjadi gembira. 5 Saya teringat akan kepercayaanmu yang sungguh-sungguh kepada Kristus, sama seperti kepercayaan nenekmu Lois dan ibumu Eunike. Dan saya yakin engkau pun percaya seperti itu. 6 Sebab itu saya mengingatkan engkau untuk memperhidup karunia yang diberikan Allah kepadamu pada waktu saya meletakkan tangan saya ke atasmu. 7 Sebab Roh yang Allah berikan kepada kita, bukanlah Roh yang membuat kita menjadi penakut. Sebaliknya Roh Allah itu membuat kita menjadi kuat, penuh dengan kasih dan dapat menahan diri. (2Tim. 3:1-7 BIMK)
14 Tetapi mengenai engkau, Timotius, hendaklah engkau tetap berpegang pada ajaran-ajaran yang benar yang sudah diajarkan kepadamu dan yang engkau percayai sepenuhnya; sebab engkau tahu siapa guru-gurumu. 15 Engkau harus ingat bahwa sejak kecil engkau sudah mengenal Alkitab. Alkitab itu dapat memberikan kepadamu pengertian untuk mendapat keselamatan melalui iman kepada Kristus Yesus. (2Tim. 3:14-15 BIMK)
Paulus meneruskan perjalanannya ke Derbe, kemudian ke Listra. Di situ ada seorang pengikut Yesus bernama Timotius. Ibunya seorang Yahudi, yang sudah percaya kepada Yesus; tetapi bapaknya orang Yunani. (Kis. 16:1 BIMK)