Ibadah Umum II, 3 Juli 2022.
Oleh: Bpk. Erick Hansel Winer.
Banyaknya kesulitan dan penderitaan sering membuat kita menginginkan penjelasan yang masuk akal dari Tuhan. Kita lupa bahwa sebagai anak-anak Tuhan, kita perlu belajar untuk melihat dari cara pandang Tuhan, bukan fokus pada masalah.
Suatu kali, terjadi dialog antara Iblis dengan Tuhan. Iblis berkata bahwa Ayub beriman pada Tuhan karena dia masih mendapat berkat-berkat Tuhan. Setelah itu, Tuhan mengizinkan Iblis untuk mencobai Ayub: kesehatan, harta, hingga anak-anak Ayub lenyap seketika. Tidak hanya Ayub, istrinya pun ikut menderita sehingga dia mengejek Ayub yang masih beriman pada Tuhan (ay. 9).
Dari sudut pandang Iblis, perkataan istri Ayub tersebut bisa dianggap sebagai godaan dari Iblis kepada Ayub untuk meninggalkan imannya. Istri Ayub itu menjadi kecewa pada Tuhan karena tidak mengerti apa yang terjadi di balik penderitaannya. Namun dari sudut pandang Tuhan, perkataan istri Ayub tersebut bisa dipakai Allah untuk menguji hati Ayub. Seolah-olah, Tuhan menantang Ayub untuk terus setia di tengah segala penderitaan.
Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari kisah ini. Pertama, Tuhan yang memegang kendali. Tidak ada satu hal pun bisa terjadi tanpa seizin Tuhan. Kedua, iman berarti percaya pada penyertaan Tuhan. Keadaan baik atau buruk tidak serta merta merupakan akibat dari iman kita.
Ingatlah, dalam setiap penderitaan, Kristus hadir bersama-sama dengan kita (Ibr. 4:15). Inilah Kabar Baik bagi kita di tengah segala pertanyaan yang tidak bisa kita jawab. Amin.
REFLEKSI
Allah tidak akan mengizinkan penderitaan hadir dalam hidup kita kecuali jika karena itu akan ada berkat besar yang mengalir darinya (Peter Marshall)
PERTANYAAN DISKUSI
- Apakah orang Kristen lebih dapat bertahan dalam penderitaan dibanding orang-orang yang tidak percaya Tuhan? Jelaskan jawaban Anda.
- Suara-suara seperti apakah yang biasanya hinggap dalam benak Anda ketika mengalami penderitaan? Apakah suara-suara itu sesuai dengan Alkitab?
REFERENSI AYAT ALKITAB