Ibadah Umum I, 19 Oktober 2025. Oleh: Pdm. Nehemia Widjaja.
Alkitab mengajarkan bahwa penderitaan itu nyata, tetapi ada kemuliaan di baliknya. Bagaimana kita mengatasi penderitaan?
Pertama, pandang penderitaan dengan perspektif kemuliaan (ay. 18-22). Cara pandang yang berubah ini akan memberikan kekuatan. Ini seperti halnya jemaat di Roma yang mengalami penderitaan jasmani dan rohani akibat iman Kristen mereka di tengah tekanan dari orang-orang Yahudi dan pemerintahan Roma. Dosa merusak tidak hanya manusia, tetapi juga alam. Penderitaan ini menunjukkan betapa rapuhnya manusia. Namun, ada pengharapan bahwa pada waktu yang ditentukan Tuhan, semuanya akan dimerdekakan. Jalanilah proses yang ada karena salib Kristus akan membawa kita pada keselamatan.
Kedua, pandang penderitaan dengan pengharapan yang tahan uji (ay. 23-25). Jangan buru-buru menyerah, ingatlah bahwa Roh Kudus menjamin keselamatan kita. Kekuatan manusiawi kita terbatas, tetapi Allah yang ada dalam kehidupan kita akan senantiasa memberikan kekuatan. Kemudian, pengharapan yang paling besar adalah kemerdekaan dari dosa dan kemuliaan kekal bersama Kristus. Dengan cara pandang ini, maka penderitaan yang di dunia tidak lagi dirasa terlalu besar.
Marilah kita terus berharap pada Kristus karena Dia menjamin bahwa kita pasti akan menerimanya. Amin.
(dilanjutkan dengan khotbah ibadah Umum II)
REFLEKSI
Jangan memandang pada pengharapanmu, tetapi pada Kristus, sumber pengharapan itu (Charles Spurgeon)
PERTANYAAN DISKUSI
- Apa saja hal-hal yang bisa membuat pengharapan kita semakin memudar?
- Apa bedanya pengharapan yang dinyatakan dalam Alkitab dengan pengharapan duniawi?
REFERENSI
18 Semua penderitaan yang kita alami sekarang, menurut pendapat saya, tidak dapat dibandingkan sama sekali dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. 19 Seluruh alam menunggu dengan sangat rindu akan saatnya Allah menyatakan anak-anak-Nya. 20 Sebab alam sudah dibiarkan untuk menjadi rapuh, bukan karena kemauannya sendiri, tetapi karena Allah membiarkannya demikian. Meskipun begitu ada juga harapan ini: 21 bahwa pada suatu waktu alam akan dibebaskan dari kuasa yang menghancurkannya dan akan turut dimerdekakan dan diagungkan bersama-sama dengan anak-anak Allah.
22 Kita tahu bahwa sampai saat ini seluruh alam mengeluh karena menderita seperti seorang ibu menderita pada waktu melahirkan bayi. 23 Dan bukannya seluruh alam saja yang mengeluh; kita sendiri pun mengeluh di dalam batin kita. Kita sudah menerima Roh Allah sebagai pemberian Allah yang pertama, namun kita masih juga menunggu Allah membebaskan diri kita seluruhnya dan menjadikan kita anak-anak-Nya. 24 Karena dengan berharap, maka kita diselamatkan. Tetapi kalau apa yang kita harapkan itu sudah kita lihat, maka itu bukan lagi harapan. Sebab siapakah masih mengharapkan sesuatu yang sudah dilihatnya? 25 Tetapi kalau kita mengharapkan sesuatu yang belum kita lihat, maka kita menunggunya dengan sabar.
26 Begitu juga Roh Allah datang menolong kita kalau kita lemah. Sebab kita tidak tahu bagaimana seharusnya kita berdoa; Roh itu sendiri menghadap Allah untuk memohonkan bagi kita dengan kerinduan yang sangat dalam sehingga tidak dapat diucapkan. 27 Maka Allah, yang mengetahui isi hati manusia, mengerti kemauan Roh itu; sebab Roh itu memohon kepada Allah untuk umat Allah, dan sesuai dengan kemauan Allah.
28 Kita tahu bahwa Allah mengatur segala hal, sehingga menghasilkan yang baik untuk orang-orang yang mengasihi Dia dan yang dipanggil-Nya sesuai dengan rencana-Nya. 29 Mereka yang telah dipilih oleh Allah, telah juga ditentukan dari semula untuk menjadi serupa dengan Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus. Dengan demikian Anak itu menjadi yang pertama di antara banyak saudara-saudara. 30 Begitulah Allah memanggil mereka yang sudah ditentukan-Nya terlebih dahulu; dan mereka yang dipanggil-Nya itu, dimungkinkan-Nya berbaik kembali dengan Dia. Dan mereka yang dimungkinkan-Nya berbaik kembali dengan Allah, mengambil bagian dalam hidup Allah sendiri. (Rm. 8:18-30 BIMK)
