Ibadah Umum II, 19 Oktober 2025. Oleh: Pdm. Nehemia Widjaja.
Penderitaan tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Namun, Alkitab mengajar kita bahwa ada kemuliaan di balik penderitaan kita. Bagaimana kita mengatasi penderitaan? (lanjutan dari khotbah ibadah Umum I).
Ketiga, pandang penderitaan dengan meneladani Kristus (ay. 26-30). Di tengah penderitaan yang begitu berat, kita sering bingung bagaimana mengutarakan isi hati kita di dalam doa. Namun, Roh Kudus akan menolong kita supaya doa kita bisa tersampaikan kepada Allah. Oleh sebab itu, jangan abaikan doa dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kemudian, ada hal-hal di dalam hidup kita yang sangat sulit untuk kita mengerti. Namun ketahuilah bahwa di balik itu, Allah sedang mengerjakan kebaikan bagi kita. Di dalam penderitaan kita, ada proses menuju kesempurnaan dengan Kristus.
Jangan atasi penderitaan dengan kekuatan kita sendiri karena itu hanya akan membuat keadaan bertambah buruk. Sebaliknya, atasi penderitaan itu dengan kekuatan Roh Kudus. Dengan begitu, pikiran, perkataan, dan tindakan kita diubah untuk menjadi semakin serupa dengan Kristus walaupun ada harga yang harus kita bayar.
Tuhan tidak selalu mengubah situasi kita, karena bisa saja yang dia ubah adalah diri kita. Jadi, jangan mengeluh ketika kita berada dalam situasi yang tidak nyaman. Justru dalam keadaan itulah, orang lain dapat mengenal Kristus melalui kita. Amin.
REFLEKSI
Hanya orang Kristen yang memiliki hak untuk berpengharapan, karena hanya mereka yang memiliki kuasa Allah untuk menopang pengharapan tersebut (A.W. Tozer)
PERTANYAAN DISKUSI
- Apakah ada kaitannya antara kedewasaan rohani kita dengan isi doa kita? Jelaskan!
- Jika di balik penderitaan ada kebaikan bagi kita, apakah kita tidak boleh kecewa atau terpukul ketika mengalami penderitaan? Jelaskan!
REFERENSI
18 Semua penderitaan yang kita alami sekarang, menurut pendapat saya, tidak dapat dibandingkan sama sekali dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. 19 Seluruh alam menunggu dengan sangat rindu akan saatnya Allah menyatakan anak-anak-Nya. 20 Sebab alam sudah dibiarkan untuk menjadi rapuh, bukan karena kemauannya sendiri, tetapi karena Allah membiarkannya demikian. Meskipun begitu ada juga harapan ini: 21 bahwa pada suatu waktu alam akan dibebaskan dari kuasa yang menghancurkannya dan akan turut dimerdekakan dan diagungkan bersama-sama dengan anak-anak Allah.
22 Kita tahu bahwa sampai saat ini seluruh alam mengeluh karena menderita seperti seorang ibu menderita pada waktu melahirkan bayi. 23 Dan bukannya seluruh alam saja yang mengeluh; kita sendiri pun mengeluh di dalam batin kita. Kita sudah menerima Roh Allah sebagai pemberian Allah yang pertama, namun kita masih juga menunggu Allah membebaskan diri kita seluruhnya dan menjadikan kita anak-anak-Nya. 24 Karena dengan berharap, maka kita diselamatkan. Tetapi kalau apa yang kita harapkan itu sudah kita lihat, maka itu bukan lagi harapan. Sebab siapakah masih mengharapkan sesuatu yang sudah dilihatnya? 25 Tetapi kalau kita mengharapkan sesuatu yang belum kita lihat, maka kita menunggunya dengan sabar.
26 Begitu juga Roh Allah datang menolong kita kalau kita lemah. Sebab kita tidak tahu bagaimana seharusnya kita berdoa; Roh itu sendiri menghadap Allah untuk memohonkan bagi kita dengan kerinduan yang sangat dalam sehingga tidak dapat diucapkan. 27 Maka Allah, yang mengetahui isi hati manusia, mengerti kemauan Roh itu; sebab Roh itu memohon kepada Allah untuk umat Allah, dan sesuai dengan kemauan Allah.
28 Kita tahu bahwa Allah mengatur segala hal, sehingga menghasilkan yang baik untuk orang-orang yang mengasihi Dia dan yang dipanggil-Nya sesuai dengan rencana-Nya. 29 Mereka yang telah dipilih oleh Allah, telah juga ditentukan dari semula untuk menjadi serupa dengan Anak-Nya, yaitu Yesus Kristus. Dengan demikian Anak itu menjadi yang pertama di antara banyak saudara-saudara. 30 Begitulah Allah memanggil mereka yang sudah ditentukan-Nya terlebih dahulu; dan mereka yang dipanggil-Nya itu, dimungkinkan-Nya berbaik kembali dengan Dia. Dan mereka yang dimungkinkan-Nya berbaik kembali dengan Allah, mengambil bagian dalam hidup Allah sendiri. (Rm. 8:18-30 BIMK)
