Ibadah Umum II, 4 Desember 2022
Oleh: Pdp. Tomy Handaka Patria
Ketika kita berkaca pada sejarah, kita akan menemukan bahwa perang dan perselisihan selalu terjadi di dunia ini. Namun, di dalam Alkitab kita akan menemukan pengharapan akan kedamaian yang kuat. Di dalam bagian pertama (ay. 1-5), dijelaskan bahwa di tengah-tengah konflik dan peperangan yang terjadi di sepanjang sejarah raja-raja Israel, Yesaya menyampaikan nubuat Tuhan tentang kedatangan Raja Damai yang kerajaan-Nya akan dipenuhi dengan kedamaian. Bukan hanya perang berakhir, tetapi ada keutuhan dan harmoni bagi seluruh ciptaan. Keadaan damai seperti inilah yang digambarkan dalam Yesaya 11:6-9.
Kematian-Nya mendamaikan hubungan antara manusia dengan Allah (Rm. 5:11). Ketika manusia sudah memiliki relasi dengan Allah, maka manusia juga akan bisa memiliki relasi yang baik dengan sesamanya dan juga dengan alam sekitar. Sekarang kita hanya bisa mencicipi suasana Kerajaan Damai, tetapi belum sepenuhnya. Kerajaan Damai baru akan ditegakkan sepenuhnya ketika Kristus datang kedua kalinya. Kedatangan pertama Sang Raja Damai di malam Natal hingga kematian dan kebangkitan-Nya menjadi jaminan bahwa Allah pasti akan memenuhi janji-Nya akan tegaknya Kerajaan Damai di masa depan.
Marilah kita merenungkan dua hal dari bagian ini. Pertama, biarlah hidup kita dikuatkan oleh pengharapan atas Kerajaan Damai ini. Seperti halnya bangsa Israel pada zaman Yesaya, mungkin kita juga sedang berada dalam kondisi yang jauh dari kedamaian. Tetapi, ketika kita percaya pada nubuat Kerajaan Damai yang dinyatakan dalam Alkitab, maka kita akan memandang dunia dengan cara yang berbeda. Dunia bisa semakin penuh pergolakan tetapi kita tahu bahwa keadaan itu hanyalah sementara. Kedua, marilah kita tidak hanya menantikan, tetapi juga berbagian dalam mewujudkan kedamaian. Ketika kita merindukan damai namun tidak kunjung terwujud, jangan berkecil hati. Justru kita harus berpikir, apa rencana Tuhan yang harus kita jalankan dalam kondisi seperti itu? Biarlah pengharapan akan kedamaian yang sejati dari Kristus ini terus menguatkan kita di tengah pergumulan dan mendorong kita untuk menyebarkan damai. Amin.
REFLEKSI
Kita tidak berdamai dengan orang lain karena kita tidak berdamai dengan diri sendiri. Kita tidak berdamai dengan diri sendiri karena kita tidak berdamai dengan Tuhan (Thomas Merton)
PERTANYAAN DISKUSI
- Apakah kenikmatan hidup akan menentukan hadir atau tidaknya kedamaian dalam kehidupan seseorang? Jelaskan jawaban Anda.
- Adakah ketidakdamaian yang ada di tengah-tengah lingkungan Anda sehari-hari? Apa yang dapat Anda lakukan untuk berbagian dalam menghadirkan kedamaian?
REFERENSI AYAT ALKITAB
6 Serigala akan tinggal bersama domba dan macan tutul akan berbaring di samping kambing. Anak lembu dan anak singa akan makan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiringnya. 7 Lembu dan beruang akan sama-sama makan rumput dan anaknya akan sama-sama berbaring, sedang singa akan makan jerami seperti lembu. 8 Anak yang menyusu akan bermain-main dekat liang ular tedung dan anak yang cerai susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. 9 Tidak ada yang akan berbuat jahat atau yang berlaku busuk di seluruh gunung-Ku yang kudus, sebab seluruh bumi penuh dengan pengenalan akan TUHAN, seperti air laut yang menutupi dasarnya. (Yes. 11:6-9)
Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu. (Rm. 5:11)