Ibadah Minggu, 10 Mei 2020
Oleh Ev. Melinda Loe
Situasi pandemi seperti sekarang ini di luar kendali kita. Kemudian, kita juga tidak tahu kapan akan berakhir. Akhirnya, ketidakpastian pun terus membayangi kita. Situasi yang mirip juga dialami pernah oleh Yokhebed, ibu Musa. Pada waktu itu, orang-orang Israel sedang mengalami penindasan di Mesir dan Firaun memerintahkan semua bayi laki-laki Israel untuk dibunuh. Di tengah segala ketidakpastian itu, Tuhan terus menyertai Yokhebed. Tuhan menuntun langkah demi langkah Yokhebed dalam menghadapi situasi yang tidak pasti: mulai dari menyembunyikan bayinya itu selama tiga bulan, meletakkannya di teberau (gelagah) sungai Nil, ditemukan oleh puteri Firaun, sampai akhirnya bisa disusui dan dibesarkan sampai cukup umur oleh Yokhebed. Itu semua membuktikan kedaulatan dan penyertaan Tuhan.
Apa yang dilakukan oleh Yokhebed itu adalah sebuah tindakan iman (Ibr. 11:23). Dia berani melawan perintah Firaun dan menyembunyikan bayinya. Kemudian, dia juga berani meletakkan bayi itu di sungai (padahal dia tidak tahu bahwa nantinya ada puteri Firaun yang menemukannya). Dia percaya, Allah akan memelihara hidupnya dan bayinya itu. Kita tahu dari Alkitab bahwa pemeliharaan Allah itu juga berlaku untuk seluruh bangsa Israel. Di tengah penggalan-penggalan hidup umat-Nya, Allah sedang berkarya.
Marilah kita ingat kebenaran ini. Allah itu berdaulat atas hidup kita, apapun situasinya. Allah juga sedang bekerja dalam sejarah hidup kita. Teladanilah Yokhebed, yang menyerahkan dirinya pada kedaulatan Allah. Berserah itu berbeda dengan menyerah. Berserah berarti tetap meyakini bahwa Allah sedang bekerja dan Allah pula yang mampu menyelesaikan persoalan.
Ada satu kepastian di tengah situasi yang serba tidak pasti, yaitu Allah pasti memampukan kita untuk melewatinya!
REFLEKSI
Di tengah situasi yang terburuk sekalipun, Allah tetap memegang kendali. Itulah sebabnya bersandar kepada Allah merupakan satu-satunya pilihan yang benar dan tidak akan pernah sia-sia.
PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN
- Jelaskan perbedaan antara tindakan yang nekat (“asal melompat dalam gelap”) dengan bersandar pada kedaulatan Allah.
- Sebutkan akibat-akibat dari pilihan yang bisa diambil oleh kita, antara menyerah pada situasi atau berserah pada Allah.
AYAT ALKITAB PENDUKUNG
1 Seorang laki-laki dari keluarga Lewi kawin dengan seorang perempuan Lewi; 2 lalu mengandunglah ia dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ketika dilihatnya, bahwa anak itu cantik, disembunyikannya tiga bulan lamanya. 3 Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya lebih lama lagi, sebab itu diambilnya sebuah peti pandan, dipakalnya dengan gala-gala dan ter, diletakkannya bayi itu di dalamnya dan ditaruhnya peti itu di tengah-tengah teberau di tepi sungai Nil; 4 kakaknya perempuan berdiri di tempat yang agak jauh untuk melihat, apakah yang akan terjadi dengan dia. 5 Maka datanglah puteri Firaun untuk mandi di sungai Nil, sedang dayang-dayangnya berjalan-jalan di tepi sungai Nil, lalu terlihatlah olehnya peti yang di tengah-tengah teberau itu, maka disuruhnya hambanya perempuan untuk mengambilnya. 6 Ketika dibukanya, dilihatnya bayi itu, dan tampaklah anak itu menangis, sehingga belas kasihanlah ia kepadanya dan berkata: “Tentulah ini bayi orang Ibrani.” 7 Lalu bertanyalah kakak anak itu kepada puteri Firaun: “Akan kupanggilkah bagi tuan puteri seorang inang penyusu dari perempuan Ibrani untuk menyusukan bayi itu bagi tuan puteri?” 8 Sahut puteri Firaun kepadanya: “Baiklah.” Lalu pergilah gadis itu memanggil ibu bayi itu. 9 Maka berkatalah puteri Firaun kepada ibu itu: “Bawalah bayi ini dan susukanlah dia bagiku, maka aku akan memberi upah kepadamu.” Kemudian perempuan itu mengambil bayi itu dan menyusuinya. 10 Ketika anak itu telah besar, dibawanyalah kepada puteri Firaun, yang mengangkatnya menjadi anaknya, dan menamainya Musa, sebab katanya: “Karena aku telah menariknya dari air.” (Kel. 2:1-10)
Karena iman maka Musa, setelah ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya, karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja. (Ibr. 11:23)