Ketika Aku Lemah, Aku Kuat (2Kor. 12:7-10)

Ibadah Minggu, 18 April 2021 (Sore)

Oleh Pdt. Asigor P. Sitanggang (STFT Jakarta)

Di dalam salah satu terjemahan bahasa Inggris (ISV), ayat 9a tertulis, “Anugerah-Ku cukup bagimu, sebab kuasa-Ku disempurnakan dalam kelemahan.” Kata disempurnakan merupakan terjemahan harfiah dari bahasa Yunaninya yang artinya melengkapkan atau menuntaskan (bukan sempurna dalam arti tak bercacat). Terdapat pertentangan dalam bagian ini, yaitu “dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (ay. 9) kemudian juga “jika aku lemah, maka aku kuat” (ay. 10).

Apa artinya? Ketika kita ada dalam posisi yang kuat, maka kita cenderung mengandalkan diri sendiri. Sementara jika kita ada dalam posisi yang lemah, maka kuasa Kristus akan dinyatakan tanpa hambatan. Hal ini terbukti di dalam kehidupan pribadi Paulus, yang kemungkinan besar saat itu berada dalam kelemahan fisik yang parah. Namun karena mengandalkan kekuatan Kristus, Paulus tetap mampu melakukan perjalanan misi.

Kelemahan membuat kita tidak memiliki daya yang mampu kita andalkan. Tetapi di situlah kita dapat belajar untuk mengandalkan Tuhan. Akibatnya, kuasa Kristus akan dinyatakan secara utuh di dalam kehidupan kita.

Pandemi Covid-19 menyadarkan manusia sebagai makhluk yang lemah. Bagaimanapun posisinya di masyarakat, tidak ada orang yang kebal terhadap virus Covid-19. Oleh sebab itu, seberapapun tinggi posisi kita, sadarilah bahwa kita sesungguhnya lemah. Tetapi jika kita menyadari ketidakberdayaan kita, maka Tuhan akan menyatakan kekuatan-Nya. Jangan bersusah hati ketika mengalami berbagai macam pergumulan. Justru di titik itulah kita harus bersuka cita di dalamnya karena kita akan mengalami kuasa Kristus yang akan menjadikan kita kuat. Amin.

REFLEKSI

Jangan biarkan situasi mengacaukan kita. Tetapi, rindukanlah supaya kehendak Allah dinyatakan dalam hidup kita melalui situasi tersebut (Billy Graham)

PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Apa bedanya kata-kata motivasi manusia dengan firman Tuhan dalam menguatkan kita?
  2. Apakah dengan mengandalkan kekuatan Tuhan, maka kita tidak perlu memakai kekuatan manusia? Jelaskan jawaban Anda. (Contoh kasus: tidak mau meminum obat karena beriman Tuhan akan menyembuhkan).

AYAT ALKITAB TERKAIT

7 Dan supaya aku jangan meninggikan diri karena penyataan-penyataan yang luar biasa itu, maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menggocoh aku, supaya aku jangan meninggikan diri. 8 Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. 9 Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. 10 Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. (2Kor. 12:7-10)

7 To keep me from becoming conceited because of the exceptional nature of these revelations, a thorn was given to me and placed in my body. It was Satan’s messenger to keep on tormenting me so that I would not become conceited. 8 I pleaded with the Lord three times to take it away from me, 9 but he has told me, “My grace is all you need, because my power is perfected in weakness.” Therefore, I will most happily boast about my weaknesses, so that the Messiah’s power may rest on me. 10 That is why I take such pleasure in weaknesses, insults, hardships, persecutions, and difficulties for the Messiah’s sake, for when I am weak, then I am strong. (2Co. 12:7-10; ISV)

About the author

Leave a Reply