Ibadah Minggu, 14 Maret 2021 (Sore)
Oleh Pdp. Tomy Handaka Patria (GBT Kristus Pelepas)
“Aku haus!” merupakan perkataan kelima dari tujuh perkataan menjelang kematian-Nya yang tercatat di dalam Injil. Perkataan ini merupakan ironi, peristiwa yang bertentangan dengan apa yang diharapkan. Pemilik seluruh alam semesta, kok meminta minum? Dia yang menawarkan air hidup (Yoh. 4:14), mengapa justru malah kekurangan air? Namun, perkataan ini sebenarnya menyatakan makna teologis yang penting.
Pertama, menyatakan bahwa Kristus menggenapi rencana Allah hingga akhir. Termasuk, ketika harus membatasi kemahakuasaan-Nya dan hidup sebagai manusia yang tidak kebal dengan penderitaan. Frasa “supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci” (ay. 28) menunjukkan peristiwa ini menggenapi nubuat dalam Mzm. 22:16 dan 69:22. Kedua, menyatakan betapa besar kasih-Nya pada kita. Karena tidak ada celah bagi manusia untuk menyelamatkan diri sendiri, Dia rela mengalami penderitaan sebesar ini. Ketiga, menyatakan jaminan kemenangan bagi kita. Paulus menulis, “segala sesuatu telah ditaklukkan-Nya di bawah kaki-Nya” (1Kor. 15:27). Kesengsaraan Kristus menunjukkan bahwa tidak ada tantangan iman yang terlalu berat bagi kita. Kita tidak berjuang dengan kekuatan diri sendiri dan pasti kalah karena adanya natur dosa dalam diri kita.
Bagaimana pengorbanan Kristus menggugah rohani kita? Apakah selama ini kita telah memanfaatkan seluruh waktu untuk menggenapi rencana Tuhan? Hidup kita hanya berhak diarahkan oleh Tuhan. Apakah kasih Kristus, yang telah mengurbankan segalanya, telah memuaskan kita? Atau, kita masih mudah mengeluh karena keadaan hidup yang kurang baik? Apakah selama ini kita susah mengalahkan godaan dosa? Padahal, kematian Kristus di kayu salib telah mematahkan kuasa dosa (1Kor. 15:55). Amin.
REFLEKSI
Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah. (Rasul Paulus, dalam 1Kor. 1:18)
PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN
- Bagaimana perbedaan hidup antara orang yang memahami pengurbanan Allah bagi mereka dengan orang yang memahami Allah “jauh di luar sana”?
- Apakah ada kebiasaan atau pola hidup yang harus kita ubah untuk hidup berkenan kepada Kristus yang telah berkurban luar biasa bagi kita?
AYAT ALKITAB TERKAIT
28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia — supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci — : “Aku haus!” 29 Di situ ada suatu bekas penuh anggur asam. Maka mereka mencucukkan bunga karang, yang telah dicelupkan dalam anggur asam, pada sebatang hisop lalu mengunjukkannya ke mulut Yesus. (Yoh. 19.28-29)
tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal. (Yoh. 4:14)
15 Seperti air aku tercurah, dan segala tulangku terlepas dari sendinya; hatiku menjadi seperti lilin, hancur luluh di dalam dadaku; 16 kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut Kauletakkan aku. (Mzm. 22:15-16)
Bahkan, mereka memberi aku makan racun, dan pada waktu aku haus, mereka memberi aku minum anggur asam. (Mzm. 69:22)
55 “Hai maut di manakah kemenanganmu? Hai maut, di manakah sengatmu?” 56 Sengat maut ialah dosa dan kuasa dosa ialah hukum Taurat. 57 Tetapi syukur kepada Allah, yang telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita. (1Kor. 15:55-57)