Ibadah Minggu, 14 Maret 2021 (Pagi)
Oleh Pdt. Daud Soesilo (GBT Kristus Pelepas)
Setelah mengucapkan tiga perkataan sebelumnya (baca: Luk. 23:34; 23:43; Yoh. 19:26-27), Yesus berdiam diri dalam penderitaan lalu mengucapkan, “Eli, Eli, lama sabakhtani?” Eli adalah transliterasi bahasa Yunani dari kitab Mazmur yang berbahasa Ibrani (Mzm. 22:2).
Benarkah Allah meninggalkan Yesus ketika Dia disalib? Jika dicermati, tekanan emosional yang dialami oleh Tuhan Yesus ini mirip ketika Dia bergumul di Taman Getsemani (Mat. 26:38-39). Oleh sebab itu, seruan Yesus ini merupakan seruan penelantaran, bukan keputusasaan. Perkataan ini sesuai dengan Mzm. 22:2, yang merupakan ratapan dari seseorang yang tidak berdosa dan tetap beriman untuk meletakkan pertolongan pada Tuhan.
Apa makna Yesus ditinggalkan oleh Bapa? Matius menekankan bahwa Bapa hadir dan aktif untuk keselamatan manusia. Fakta penderitaan Yesus di salib ini melawan ajaran yang menentangnya. Misalnya, filsafat Stoa yang mengajarkan bahwa bagi orang bijak, tidak ada bedanya antara gembira atau duka sehingga penderitaan Yesus tidak nyata. Kemudian, ajaran Dosetisme yang menyatakan bahwa yang tampak disalib bukan Yesus, namun hanya ilusi.
Apa yang dapat kita pelajari? Pertama, dalam misi menyelamatkan manusia dari dosa, Yesus sangat menderita sampai merasa ditinggalkan oleh Bapa-Nya. Kedua, menunjukkan teladan kerelaan menderita bagi kebaikan orang lain. Ketiga, sebagai pengikut Kristus, kita juga harus setia dan taat demi penyebarluasan Kabar Baik dari Kristus. Sebagaimana Kristus berjalan di atas kaki yang terluka, kita pun hendaknya berjalan bersama di jalan Kristus. Sebagaimana Kristus dengan tangan yang terluka terus melayani, kita pun hendaknya rela mengulurkan tangan untuk melayani sesama. Amin.
REFLEKSI
Saya tidak akan bisa percaya kepada Tuhan jika tidak ada penyaliban. Di dalam dunia yang penuh penderitaan ini, bagaimana kita bisa menyembah Tuhan yang kebal terhadap penderitaan? (John Stott)
PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN
- Bagaimana pemahaman akan perkataan Yesus yang keempat di salib ini memengaruhi sikap kita dalam menghadapi penderitaan?
- Apa yang dapat kita lakukan secara nyata pada kondisi pandemi ini untuk berjalan di jalan Kristus dan mengulurkan tangan untuk melayani sesama?
AYAT ALKITAB TERKAIT
Yesus berkata: “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian-Nya. (Luk. 23:34)
Kata Yesus kepadanya: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus. (Luk. 23:43)
26 Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya, berkatalah Ia kepada ibu-Nya: “Ibu, inilah, anakmu!” 27 Kemudian kata-Nya kepada murid-murid-Nya: “Inilah ibumu!” Dan sejak saat itu murid itu menerima dia di dalam rumahnya. (Yoh. 19:26-27)
45 Pada tengah hari, selama tiga jam, seluruh negeri itu menjadi gelap. 46 Pukul tiga sore, Yesus berteriak dengan suara keras, “Eli, Eli, lama sabakhtani?” yang berarti, “Ya Allah-Ku, ya Allah-Ku, mengapakah Engkau meninggalkan Aku?” 47 Beberapa orang di situ mendengar jeritan itu, dan berkata, “Ia memanggil Elia!” 48 Seorang dari mereka cepat-cepat pergi mengambil bunga karang, dan mencelupkannya ke dalam anggur asam. Kemudian ia mencucukkannya pada ujung sebatang kayu, dan mengulurkannya ke bibir Yesus. 49 Tetapi orang-orang lain berkata, “Tunggu, mari kita lihat apakah Elia datang menyelamatkan Dia!” (Mat. 27:45-49 BIMK)
38 Ia berkata kepada pengikut-pengikut-Nya, “Hati-Ku sedih sekali, rasanya seperti akan mati saja. Tinggallah kalian di sini, dan turutlah berjaga-jaga dengan Aku.” 39 Kemudian Yesus pergi lebih jauh sedikit, lalu Ia tersungkur ke tanah dan berdoa. “Bapa,” kata-Nya, “kalau boleh, jauhkanlah daripada-Ku penderitaan yang Aku harus alami ini. Tetapi jangan menurut kemauan-Ku, melainkan menurut kemauan Bapa saja.” (Mat. 26:38-39 BIMK)
Allahku, ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. (Mzm. 22:2 BIMK)