Bermazmur dalam Kepungan Maut (Mzm. 39:5-7)

Ibadah Minggu, 11 April 2021 (Sore)

Oleh Pdt. Anwar Tjen (Lembaga Alkitab Indonesia)

Sesuai dengan namanya dalam bahasa Ibrani (Sefer Tehilim), kitab Mazmur merupakan kumpulan pujian. Bukan hanya menyatakan hidup sedang baik, Mazmur mengajak kita untuk melihat naik turunnya perjalanan hidup orang-orang beriman. Ada mazmur-mazmur orientasi, yaitu ketika orang-orang beriman memuji kebaikan Tuhan. Sebaliknya, ada juga mazmur-mazmur disorientasi, yang isinya berupa keluhan-keluhan kepada Tuhan. Jenis kedua ini sebanyak sekitar 30% isi kitab Mazmur.

Walaupun kita sedang menantikan langit dan bumi yang baru tanpa adanya penderitaan, namun pada saat ini kita bisa mengalami situasi yang berat. Hidup manusia juga sesungguhnya fana (ay. 5). Oleh sebab itu, ketika hidup kita sedang berada pada disorientasi, maka kita memerlukan orientasi.

Ada satu ungkapan dalam bahasa Ibrani yang berbunyi: “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya” (misal, Mzm. 107:1; 118:1, 29). Ini adalah pengakuan iman yang telah dipegang secara turun-temurun oleh umat Tuhan. Ketika terpuruk dalam kehidupan, kita diajak untuk mengerti bahwa orang-orang yang percaya pada Tuhan pun diuji oleh pengalaman yang sangat berat. Namun, mereka menyadari adanya Tuhan di balik setiap peristiwa yang terjadi. Oleh sebab itu, kita harus berani untuk menghadapi ujian hidup, yang pasti datang.

Wajar ketika kesulitan hidup melanda, kita bertanya-tanya kepada Tuhan karena itulah juga yang diungkapkan oleh para pemazmur. Misalnya, kita tentu ingat dengan mazmur yang diucapkan oleh Kristus di salib (Mzm. 22:2). Kalimat ini menyatakan pemazmur yang merasa ditinggalkan oleh Tuhan. Jadi, ketika kita merasa bahwa hidup ini tidak adil, maka mazmur-mazmur seperti ini membekali kita dengan pengalaman-pengalaman orang-orang beriman di sepanjang zaman. Kemudian, kebangkitan Kristus juga akan memampukan kita untuk berjalan terus ke depan bersama dengan Dia (1Kor. 15:58). Tidak ada yang bisa memisahkan kita dengan kasih Kristus (Rm. 8:37-39). Amin.

REFLEKSI

Penderitaan akan terasa tidak tertanggungkan jika kita tidak yakin bahwa Allah ada untuk kita dan bersama dengan kita (Tim Keller)

PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Apakah kita bisa bertahan melalui penderitaan tanpa Kristus? Jelaskan!
  2. Apa langkah-langkah praktis yang dapat kita lakukan ketika mengalami penderitaan?

AYAT ALKITAB TERKAIT

5 “Ya TUHAN, beritahukanlah kepadaku ajalku, dan apa batas umurku, supaya aku mengetahui betapa fananya aku! 6 Sungguh, hanya beberapa telempap saja Kautentukan umurku; bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa. Ya, setiap manusia hanyalah kesia-siaan! Sela 7 Ia hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang sia-sia dan menimbun, tetapi tidak tahu, siapa yang meraupnya nanti. (Mzm. 39:5-7)

Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. (Mzm. 22:2)

Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia. (1Kor. 15:58)

37 Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. 38 Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, 39 atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Rm. 8:37-39)

About the author

Leave a Reply