Ibadah Minggu, 1 Agustus 2021 (Pagi)

Oleh Pdt. Daud Soesilo (GBT Kristus Pelepas Malang)

Mungkin kita berpikir bahwa “orang yang terhilang” adalah orang yang berada di luar gereja. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Menurut Allah, orang-orang yang terhilang adalah mereka yang melakukan pemberontakan baik secara fisik maupun rohani. Prof. Charles Talbert menyebut mereka “melanggar hukum baik secara terang-terangan ataupun secara terselubung.”

Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi merasa diri benar karena hidup saleh (ay. 1-3). Kepada mereka, Tuhan Yesus menceritakan tiga perumpamaan dan salah satunya adalah Perumpamaan Dua Anak yang Hilang. Dalam perumpamaan ini, Si Bungsu mengklaim bagiannya secara hukum dan seharusnya tidak boleh menggunakannya sebelum ayahnya meninggal. Namun, dia malah berfoya-foya. Sesudah hartanya habis, dia pulang. Sang Ayah menyambutnya dan bahkan mengadakan pesta untuknya.

Apakah kita seperti Anak Bungsu ini? Apakah kita merasa tidak memerlukan hidup kerohanian (merasa tidak perlu ke gereja, mengabaikan pelayanan, meninggalkan aktivitas rohani)? Bertobatlah dan Bapa Surgawi pasti akan menerima kita, seperti Sang Ayah yang menerima Si Bungsu.

Melihat respons Sang Ayah terhadap Si Bungsu, Si Sulung pun marah. Apa yang dilakukan oleh Si Sulung ini menggambarkan orang yang setia hadir di gereja dan melakukan berbagai pelayanan tetapi hatinya jauh dari Tuhan. Terhadap Si Sulung, Sang Ayah pun mengasihinya. Sang Ayah menemuinya dan mengajaknya masuk ke pesta. Apakah kita juga seperti Si Sulung ini ketika melihat orang yang kita anggap berdosa kemudian bertobat dan diterima Tuhan?

Dari perumpamaan ini kita belajar bahwa orang yang terhilang mencakup orang yang hilang secara fisik (seperti Si Bungsu) maupun secara rohani (seperti Si Sulung). Jika saat ini kita terhilang, bertobatlah karena Allah, seperti Sang Bapa dalam perumpamaan ini, sedang menunggu kita dan mengundang kita masuk ke dalam pesta surgawi yang telah disiapkan-Nya. Amin.

REFLEKSI

Pertobatan yang sejati tidak pernah menuntun kita pada keputusasaan. Itu akan menuntun kita pulang dan menuntun kita pada anugerah (John Ortberg)

PERTANYAAN UNTUK DIRENUNGKAN

  1. Apa saja kerugian yang kita alami jika menjadi orang yang terhilang?
  2. Bagaimana seharusnya respons kita kepada orang berdosa yang bertobat? Sebagai anak Tuhan, apa yang bisa kita lakukan kepada mereka?

AYAT ALKITAB TERKAIT

11   Yesus berkata lagi: “Ada seorang mempunyai dua anak laki-laki. 12  Kata yang bungsu kepada ayahnya: Bapa, berikanlah kepadaku bagian harta milik kita yang menjadi hakku. Lalu ayahnya membagi-bagikan harta kekayaan itu di antara mereka. 13  Beberapa hari kemudian anak bungsu itu menjual seluruh bagiannya itu lalu pergi ke negeri yang jauh. Di sana ia memboroskan harta miliknya itu dengan hidup berfoya-foya. 14  Setelah dihabiskannya semuanya, timbullah bencana kelaparan di dalam negeri itu dan iapun mulai melarat. 15  Lalu ia pergi dan bekerja pada seorang majikan di negeri itu. Orang itu menyuruhnya ke ladang untuk menjaga babinya. 16  Lalu ia ingin mengisi perutnya dengan ampas yang menjadi makanan babi itu, tetapi tidak seorangpun yang memberikannya kepadanya. 17  Lalu ia menyadari keadaannya, katanya: Betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-limpah makanannya, tetapi aku di sini mati kelaparan. 18  Aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku dan berkata kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, 19  aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa; jadikanlah aku sebagai salah seorang upahan bapa. 20  Maka bangkitlah ia dan pergi kepada bapanya. Ketika ia masih jauh, ayahnya telah melihatnya, lalu tergeraklah hatinya oleh belas kasihan. Ayahnya itu berlari mendapatkan dia lalu merangkul dan mencium dia. 21  Kata anak itu kepadanya: Bapa, aku telah berdosa terhadap sorga dan terhadap bapa, aku tidak layak lagi disebutkan anak bapa. 22  Tetapi ayah itu berkata kepada hamba-hambanya: Lekaslah bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya dan kenakanlah cincin pada jarinya dan sepatu pada kakinya. 23  Dan ambillah anak lembu tambun itu, sembelihlah dia dan marilah kita makan dan bersukacita. 24  Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali. Maka mulailah mereka bersukaria. 25  Tetapi anaknya yang sulung berada di ladang dan ketika ia pulang dan dekat ke rumah, ia mendengar bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian. 26  Lalu ia memanggil salah seorang hamba dan bertanya kepadanya apa arti semuanya itu. 27  Jawab hamba itu: Adikmu telah kembali dan ayahmu telah menyembelih anak lembu tambun, karena ia mendapatnya kembali dengan sehat. 28  Maka marahlah anak sulung itu dan ia tidak mau masuk. Lalu ayahnya keluar dan berbicara dengan dia. 29  Tetapi ia menjawab ayahnya, katanya: Telah bertahun-tahun aku melayani bapa dan belum pernah aku melanggar perintah bapa, tetapi kepadaku belum pernah bapa memberikan seekor anak kambing untuk bersukacita dengan sahabat-sahabatku. 30  Tetapi baru saja datang anak bapa yang telah memboroskan harta kekayaan bapa bersama-sama dengan pelacur-pelacur, maka bapa menyembelih anak lembu tambun itu untuk dia. 31  Kata ayahnya kepadanya: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu. 32  Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.” (Luk. 15:11-32)

1 Pada suatu hari, banyak penagih pajak dan orang-orang yang dianggap tidak baik oleh masyarakat, datang mendengar Yesus. 2 Orang-orang Farisi dan guru-guru agama mulai mengomel. Mereka berkata, “Cih, orang ini menerima orang-orang yang tidak baik dan malah makan bersama mereka!” 3 Oleh sebab itu Yesus menceritakan kepada mereka perumpamaan ini, (Luk. 15:1-3 BIMK)

About the author

Leave a Reply