Ibadah Umum II, 24 November 2024. Oleh: Ev. Megawati Rusli.
Di dunia ini, masalah demi masalah bisa datang tanpa bisa dihindari. Dunia juga sering melihat pencobaan atau masalah sebagai sesuatu yang tidak adil. Bagaimana seharusnya kita sebagai anak-anak Tuhan dalam menghadapi masalah?
Jemaat penerima surat Yakobus adalah orang-orang Yahudi yang menjadi Kristen. Karena mengalami penganiayaan, mereka pun terpencar ke berbagai daerah. Di tengah situasi sulit yang mereka hadapi itu, Yakobus justru meminta mereka untuk menganggapnya sebagai kebahagiaan (ay. 2).
Kebahagiaan tersebut merupakan suatu respons iman. Maksudnya, mereka diminta untuk melihat kesulitan dari perspektif Allah. Karena Allah mengendalikan segala sesuatu dan mengasihi mereka, maka mereka sanggup menghadapi pencobaan tersebut. Pencobaan tersebut dapat menguatkan iman mereka dan menghasilkan hal-hal yang baik.
Ketika seseorang menghadapi pencobaan dengan eprspektif Allah, maka dia akan sanggup bertahan (menghasilkan ketekunan, ay. 3). Inilah yang dialami oleh Yusuf, yang tetap bertahan di tengah berbagai penderitaan.
Ketekunan seperti itu akan menjadikan kita semakin dewasa rohani (ay. 4). Bertekunlah dalam menghadapi pencobaan supaya kita semakin serupa Kristus. Jangan lewatkan masalah yang terjadi menjadi hal yang sia-sia. Amin.
REFLEKSI
Jika kehidupan spiritual kita tidak bertumbuh di tempat kita berada saat ini, maka itu pun tidak akan bertumbuh di tempat lain (Oswald Chambers)
PERTANYAAN DISKUSI
- Ada sebagian orang yang berusaha mencari solusi instan dalam menyelesaikan permasalahan. Setujukah Anda dengan hal ini? Mengapa?
- Apakah seseorang hanya bisa bertumbuh di tengah permasalahan? Jelaskan jawaban Anda!
REFERENSI
2 Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, 3 sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. 4 Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun. (Yak. 1:2-4)