Ibadah Umum II, 3 April 2022
Oleh: Pdt. Efrat C.L. Sambira
Pada kisah ini, Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes untuk mempersiapkan Perjamuan (ay. 7-8). Yesus menuntun mereka dengan detail karena Dia tahu apa yang akan terjadi di depan-Nya (ay. 9-13). Oleh sebab itulah, Dia juga tahu pengkhianatan yang akan menyebabkan-Nya mengalami penyaliban dan kematian (ay. 21-23).
Pada saat itu, penderitaan Kristus dalam minggu sengsara sudah dimulai. Dia tahu kematian seperti apa yang akan dialami-Nya. Namun, Dia tidak mempersoalkannya. Sebaliknya, Dia terus menghayati tujuan-Nya ke dunia. Dalam ayat ketujuh tersirat bahwa tujuan kematian-Nya adalah seperti anak domba dalam Perjamuan Paskah orang Yahudi. Kematian-Nya akan memberikan kehidupan bagi manusia.
Apa konsekuensinya jika Yesus adalah Sang Domba Paskah? Pertama, Yesus adalah Tuhan yang menderita. Dia tahu segala penderitaan kita. Kedua, penderitaan kita bukanlah akhir. Kematian Kristus tidak berhenti sampai di situ saja. Tetapi, dari kematian-Nya itulah, ada kehidupan kekal di baliknya. Ketiga, masa depan kita ada di tangan Yesus. Sang Domba Paskahlah yang memegang kunci kehidupan (Why. 5:6-8). Amin.
REFLEKSI
Saya tidak banyak berdoa supaya kematian saya berlangsung tanpa rasa sakit, tetapi supaya kematian saya berlangsung tanpa keraguan (John Piper)
PERTANYAAN DISKUSI
- Apakah perbedaan yang selayaknya ada dalam diri kita ketika menghadapi penderitaan, dibanding dengan orang-orang yang belum percaya pada Kristus?
- Jika masa depan kita ada di tangan Yesus, bagaimanakah kita harus menjalani kehidupan ini?
REFERENSI AYAT ALKITAB
7 Maka tibalah hari raya Roti Tidak Beragi, yaitu hari di mana orang harus menyembelih domba Paskah. 8 Lalu Yesus menyuruh Petrus dan Yohanes, kata-Nya: “Pergilah, persiapkanlah perjamuan Paskah bagi kita supaya kita makan.” 9 Kata mereka kepada-Nya: “Di manakah Engkau kehendaki kami mempersiapkannya?” 10 Jawab-Nya: “Apabila kamu masuk ke dalam kota, kamu akan bertemu dengan seorang yang membawa kendi berisi air. Ikutilah dia ke dalam rumah yang dimasukinya, 11 dan katakanlah kepada tuan rumah itu: Guru bertanya kepadamu: di manakah ruangan tempat Aku bersama-sama dengan murid-murid-Ku akan makan Paskah? 12 Lalu orang itu akan menunjukkan kepadamu sebuah ruangan atas yang besar yang sudah lengkap, di situlah kamu harus mempersiapkannya.” 13 Maka berangkatlah mereka dan mereka mendapati semua seperti yang dikatakan Yesus kepada mereka. Lalu mereka mempersiapkan Paskah. 14 Ketika tiba saatnya, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. 15 Kata-Nya kepada mereka: “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. 16 Sebab Aku berkata kepadamu: Aku tidak akan memakannya lagi sampai ia beroleh kegenapannya dalam Kerajaan Allah.” 17 Kemudian Ia mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata: “Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu. 18 Sebab Aku berkata kepada kamu: mulai dari sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang.” 19 Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku.” 20 Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata: “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. 21 Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku, ada bersama dengan Aku di meja ini. 22 Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi, celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!” 23 Lalu mulailah mereka mempersoalkan, siapa di antara mereka yang akan berbuat demikian. (Luk. 22:7-23)
6 Maka aku melihat di tengah-tengah takhta dan keempat makhluk itu dan di tengah-tengah tua-tua itu berdiri seekor Anak Domba seperti telah disembelih, bertanduk tujuh dan bermata tujuh: itulah ketujuh Roh Allah yang diutus ke seluruh bumi. 7 Lalu datanglah Anak Domba itu dan menerima gulungan kitab itu dari tangan Dia yang duduk di atas takhta itu. 8 Ketika Ia mengambil gulungan kitab itu, tersungkurlah keempat makhluk dan kedua puluh empat tua-tua itu di hadapan Anak Domba itu, masing-masing memegang satu kecapi dan satu cawan emas, penuh dengan kemenyan: itulah doa orang-orang kudus. (Why. 5:6-8)