Ibadah Umum I, 3 April 2022
Oleh: Pdt. Efrat C.L. Sambira
Tidak jarang, manusia bisa berada dalam kondisi yang seolah tidak ada harapan. Berbagai persoalan yang terjadi tidak kunjung selesai. Hal ini mirip dengan kondisi yang dialami oleh Nuh. Pada peristiwa ini, dia seolah tidak memiliki harapan karena sudah berbulan-bulan air memenuhi bumi.
Apa yang dibutuhkan Nuh adalah sebuah sinyal pengharapan. Dalam kisah ini, sehelai daun Zaitun segar yang dibawa burung merpati merupakan sinyal pengharapan itu. Artinya, air sudah mulai surut sehingga pohon zaitun itu kelihatan (ay. 11).
Sebagai pengikut Kristus, kita adalah orang-orang yang memiliki pengharapan. Kita hidup di dalam kasih Tuhan, sehingga memiliki sinyal pengharapan ( 1Kor. 13:7). Pengorbanan Kristus di kayu salib merupakan jaminan bagi pengharapan kita. Sinyal pengharapan itu bisa tertuang dalam bentuk kata-kata yang menguatkan dari orang lain, khotbah-khotbah di gereja, maupun lagu-lagu pujian, dan sebagainya.
Ada dua hal yang perlu kita perhatikan. Pertama, sinyal pengharapan datang dari tempat di mana kita akan pergi ke sana untuk selamanya. Kedua, Yesus sudah datang ke dunia ini. Dengan demikian, pengharapan kita sangatlah kuat dan sudah menjadi kenyataan. Maut sudah dikalahkan oleh-Nya, sehingga tidak ada satu kesulitan pun di dunia ini yang tidak ada harapan bagi kita. Amin.
REFLEKSI
Tanpa Kristus, tidak akan ada pengharapan (Charles Spurgeon)
PERTANYAAN DISKUSI
- Apakah dengan memiliki jaminan pengharapan dalam Kristus membuat orang Kristen pasti bisa bertahan menghadapi segala kesulitan di dunia? Jelaskan jawaban Anda.
- Apa yang sebaiknya kita lakukan ketika sinyal pengharapan belum kunjung datang dalam hidup kita?
REFERENSI AYAT ALKITAB
1 Maka Allah mengingat Nuh dan segala binatang liar dan segala ternak, yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu, dan Allah membuat angin menghembus melalui bumi, sehingga air itu turun. 2 Ditutuplah mata-mata air samudera raya serta tingkap-tingkap di langit dan berhentilah hujan lebat dari langit, 3 dan makin surutlah air itu dari muka bumi. Demikianlah berkurang air itu sesudah seratus lima puluh hari. 4 Dalam bulan yang ketujuh, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, terkandaslah bahtera itu pada pegunungan Ararat. 5 Sampai bulan yang kesepuluh makin berkuranglah air itu; dalam bulan yang kesepuluh, pada tanggal satu bulan itu, tampaklah puncak-puncak gunung. 6 Sesudah lewat empat puluh hari, maka Nuh membuka tingkap yang dibuatnya pada bahtera itu. 7 Lalu ia melepaskan seekor burung gagak; dan burung itu terbang pulang pergi, sampai air itu menjadi kering dari atas bumi. 8 Kemudian dilepaskannya seekor burung merpati untuk melihat, apakah air itu telah berkurang dari muka bumi. 9 Tetapi burung merpati itu tidak mendapat tempat tumpuan kakinya dan pulanglah ia kembali mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, karena di seluruh bumi masih ada air; lalu Nuh mengulurkan tangannya, ditangkapnya burung itu dan dibawanya masuk ke dalam bahtera. 10 Ia menunggu tujuh hari lagi, kemudian dilepaskannya pula burung merpati itu dari bahtera; 11 menjelang waktu senja pulanglah burung merpati itu mendapatkan Nuh, dan pada paruhnya dibawanya sehelai daun zaitun yang segar. Dari situlah diketahui Nuh, bahwa air itu telah berkurang dari atas bumi. (Kej. 8:1-11)
Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. (1Kor. 13:7)