Ibadah Umum I, 24 April 2022
Oleh: Pdm. Nehemia Widjaja
Kisah pada bagian ini terjadi pada malam hari di Minggu Paskah (lih. ay. 19 BIMK – tradisi pertemuan ibadah di hari Minggu kemudian diteruskan sampai masa kini, lih. Kis. 20:7a). Ketika itu, murid-murid berkumpul di sebuah rumah dengan pintu-pintu (bukan hanya satu pintu) yang terkunci. Hal itu dilakukan karena mereka takut pada orang-orang Yahudi. Padahal, para murid sudah mendengar kabar dari Maria Magdalena mengenai kebangkitan Kristus (Yoh. 20:17-18 BIMK). Namun, kesakisan itu tidak melenyapkan ketakutan mereka.
Perhatikan bahwa dalam peristiwa ini, Tuhan Yesus menembus pintu-pintu yang terkunci dan memberikan salam hingga dua kali (ay. 19, 21). Dia juga mengembusi murid-murid dengan Roh Kudus (ay. 22). Apa yang dilakukan Tuhan Yesus ini mengingatkan kita ketika Allah mengembusi manusia dengan nafas hidup pada waktu Penciptaan dalam Kej. 2:7. Oleh sebab itulah, kita perlu beriman kepada-Nya supaya kita tidak lagi hidup dalam ketakutan dan kekhawatiran. Ada damai sejahtera dan berkat bagi kita semua.
Pintu-pintu yang terkunci tidak hanya menggambarkan ketakutan murid-murid, tetapi juga membuktikan keilahian Kristus yang sudah bangkit. Dia tetap bisa hadir walaupun semua pintu terunci. Selain itu, pintu-pintu yang terkunci menggambarkan keamanan palsu yang rapuh dan mudah dihancurkan. Manusia tidak akan berdaya menghadapi permasalahan kehidupan. Hanya dengan beriman kepada Kristus maka kita akan mendapatkan perlindungan yang kokoh. Semua rencana-Nya akan terjadi dalam kehidupan kita. Amin.
REFLEKSI
Ketika kita semakin mengandalkan kuasa manusia, maka kita akan semakin tidak percaya pada kuasa Kristus (Paul Washer)
PERTANYAAN DISKUSI
- Bagaimana Anda bisa membedakan keamanan palsu dengan keamanan yang sejati dari Tuhan?
- Sebutkan “keamanan palsu” yang sering orang lakukan dalam menghadapi tantangan kehidupan masa kini. Apa risikonya ketika kita mengandalkan diri pada hal-hal tersebut?
REFERENSI AYAT ALKITAB
19 Ketika hari sudah malam pada hari pertama minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus di suatu tempat dengan pintu-pintu yang terkunci karena mereka takut kepada orang-orang Yahudi. Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” 20 Dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan lambung-Nya kepada mereka. Murid-murid itu bersukacita ketika mereka melihat Tuhan. 21 Maka kata Yesus sekali lagi: “Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu.” 22 Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: “Terimalah Roh Kudus. 23 Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada.” (Yoh. 20:19-23)
Pada hari Minggu itu juga, ketika sudah malam, pengikut-pengikut Yesus berkumpul di sebuah rumah dengan pintu-pintu yang terkunci, sebab mereka takut kepada para penguasa Yahudi. Tiba-tiba Yesus datang dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata, “Salam sejahtera bagimu.” (Yoh. 20:19 BIMK)
17 “Jangan pegang Aku,” kata Yesus kepadanya, “karena Aku belum naik kepada Bapa. Tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku, dan beritahukanlah kepada mereka bahwa sekarang Aku naik kepada Bapa-Ku dan Bapamu, Allah-Ku dan Allahmu.” 18 Maka Maria pergi memberitahukan kepada pengikut-pengikut Yesus bahwa ia sudah melihat Tuhan dan bahwa Tuhan sudah mengatakan semuanya itu kepadanya. (Yoh. 20:17-18 BIMK)
Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam. (Kis. 20:7a)
ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup. (Kej. 2:7)