Ibadah Umum II, 30 Juli 2023. Oleh: Pdt. Johannes Irwanto.
Di dalam hidup ini, ada hal-hal kecil yang bisa menutupi hal-hal besar. Misalnya, dua murid yang tidak mengenali Tuhan Yesus ketika mereka sedang berjalan ke Emaus (Luk. 24:13-16). Hal ini terjadi karena hati mereka sedih akibat kematian-Nya. Demikian pula kita bisa memiliki kepahitan hati yang dapat menutupi mata rohani kita sehingga kita tidak dapat melihat Allah yang besar.
Ingatlah bahwa kepahitan hati sama sekali tidak mengerjakan sesuatu yang baik dalam diri kita. Itu hanya membuat kita tidak lagi bisa menikmati berkat-berkat Allah. Ini mirip dengan yang terjadi dengan bangsa Israel yang memahitkan hati Musa. Akibatnya, Musa teledor dan tidak boleh masuk tanah Kanaan (Mzm. 106:32-33).
Kepahitan juga dapat diibaratkan dengan paku yang ditancapkan ke kayu. Setelah dicabut pun, akan terdapat bekas paku di kayu tersebut. Padahal, kepahitan hati sebenarnya bukan hal yang besar. Bisa saja orang yang melukai hati kita tidak sadar ataupun tidak memikirkannya. Kita sendiri yang rugi.
Buanglah kepahitan dari hati kita. Iblis mengetahui titik lemah kita dan akan terus menyerang kepahitan hati kita. Lalu bagaimana caranya kita dapat membuang kepahitan? Kita harus hidup dalam kasih karunia Allah (Ibr. 12:15). Tidak hanya menerima kasih, tetapi juga membagikan kasih (ay. 32). Ini hanya bisa kita lakukan jika kita terus melekat pada Allah. Amin.
REFLEKSI
Kepahitan adalah permusuhan terpendam yang sedang meracuni seluruh batiniah kita (Warren W. Wiersbe)
PERTANYAAN DISKUSI
- Apa saja ciri-ciri orang yang sedang memendam kepahitan? Bagaimana sebaiknya Anda menyikapinya?
- Apakah ada kepahitan yang masih Anda rasakan? Doakan dan serahkanlah kepada Allah supaya Anda dapat merasakan damai sejahtera. Jika perlu, perbaiki hubungan Anda dengan orang yang melukai hati Anda.
REFERENSI
31 Segala kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertikaian dan fitnah hendaklah dibuang dari antara kamu, demikian pula segala kejahatan. 32 Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu. (Ef. 4:31-32)
13 Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, 14 dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. 15 Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. 16 Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. (Luk. 24:13-16)
32 Mereka menggusarkan Dia dekat air Meriba, sehingga Musa kena celaka karena mereka; 33 sebab mereka memahitkan hatinya, sehingga ia teledor dengan kata-katanya. (Mzm. 106:32-33)
Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang. (Ibr. 12:15)